|
http://fuckyeahabstract.tumblr.com/ |
Entahlah, aku tak tahu harus
memulainya dari mana, aku pun tak sadar akan apa yang sedang ku pikirkan.
Segalanya sama, segalanya menjadi satu. Ya, satu kesatuan yang abstrak.
Ku pandang dari jendela ke halaman
tengah rumahku. Tercium bau khas dari tanah yang telah terhujani. Terbayang
olehku sebuah pepatah “atmosfer hujan selalu mampu membawa
seseorang berkelana ke masa lalu.” –Prisca Prismasari dalam novelnya ‘Éclair:
Pagi Terakhir di Rusia. Mungkin, kalimat itu bisa sedikit menggambarkan apa yang sedang ku alami. Yah, jika diartikan
dalam kamus anak remaja (porsi gaulnya) adalah ksbb atau kelingan seng
biyen-biyen atau keinget yang dahulu
dahulu dan galau.
Mengapa harus selalu hujan yang
disebut-sebut sebagai lambang kegalauan? Bukankah hujan itu berkah? Entahlah,
aku tak tahu dan tak mau tahu asal-usulnya. Padahal nyatanya, sekarang aku
masih diam melamunkan tentang diriku sendiri. Terdengar aneh? Memang! Inilah
aku, inilah jati diriku, dan inilah duniaku. Ketika sedang termenung, aku selalu
membayangkan hal-hal yang tak masuk diakal dan berfikir bagaimana jika ini
terjadi? atau mengapa hal ini bisa terjadi? atau seharusnya dahulu aku tak
melakukannya!
Sering Aku merasa semuanya salah. Aku sudah mencoba
untuk tak terlalu memikirkannya. Namun apa daya, rasanya halusinasiku selalu
mampu menguasai pikiranku. Aku selalu ingin menjadi seseorang yang berada pada
dunia seperti khayalanku, tapi.. kau tahu sendiri bukan, mana ada manusia yang
mengatur takdirnya sendiri? Konyol.
Aku adalah orang yang mudah iri akan sesuatu,
walaupun kebutuhanku sudah terpenuhi dengan baik. Aku ingin membenarkan sebuah
pepatah, yang tak salah isinya adalah suatu nasehat: Janganlah ada rasa iri pada dirimu sendiri, karena sesungguhnya iri
hanya akan membawa kehancuran pada diri sendiri.Sangat menyentuh, namun
susah ku lakukan. Aku ini masih remaja, tepatnya masih siswi Sekolah Menengah
Pertama, jadi bisa dibilang pengalamanku bukanlah apa-apa di mata orang dewasa.
Banyak hal baru yang kutemukan dan kupelajari sejak masuk Sekolah Menengah
Pertama. Pastinya, aku merasa lebih matang daripada jaman ku masih ingusan
dulu. Aku bertemu dengan banyak teman baru yang sifatnya bermacam-macam, ada
yang baik, sangat baik, menjengkelkan, pemarah, dan sebagainya. Hal itu lumayan
bisa ku maklumi, karena di dunia ini tidak ada yang namanya manusia sempurna.
Aku juga mengalami banyak masalah (ingat, tidak selalu masalah itu buruk).
mulai dari mengikuti berbagai lomba yang ujung-ujungnya membuatku selalu
khawatir, atau bertengkar dengan teman karena masalah sepele, sering kehabisan
waktu tidur untuk mengerjakan tugas sekolah, berlomba dengan nafsu yang selalu
ingin ini itu, dan sebagainya.
Ini agak menyimpang dari topic, aku hanya ingin
membicarakan masalah iri. Eh, malah berbicara ngalur-ngidul. Sering aku menggerutu dalam
hati: mengapa aku tak bisa seperti dia? Mengapa harus selalu dia yang
mendapatkan segalanya? Mengapa aku harus seperti ini? Mengapa dia?! Mengapa?
Biasanya, setelah itu (dalam jangka hitungan menit) aku akan mengoreksi diriku
dan membuat janji-janji yang.. entahlah, aku mampu membayarnya atau tidak.
Aku juga orang yang takut akan masa depan. Takut
karena aku masih bingung kelak untuk kedepannya, akan jadi seperti apa aku? Apa
akan jadi sukses? Atau biasa? Atau bahkan.. luar biasa sukses? Aku tak mau
mencuri-curi kesempatan untuk mengintip celah pintu masa depan itu. Aku akan
membiarkannya menjadi sesuatu yang misterius tanpa ku ketahui. Yang kutahu, aku
hanya perlu belajar, berusaha, bangkit, menghilangkan segala kejelekanku,
berpositif thinking, terus beribadah dan sukses. Atau bisa disimpulkan.. aku
akan berusaha melakukannya dengan kerja keras!